Beberapa hari terakhir, Hagia Sophia menjadi topik perbincangan hangat lingkup internasional. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari keputusan Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki, yang mengalihfungsikan bangunan paling ikonik di Turki ini—kembali—menjadi sebuah masjid pada awal Juli silam.

Sejarah Hagia Sophia

Mengutip situs BBC Indonesia dan Wikipedia, Hagia Sophia dibangun pada tahun 537 Masehi di masa Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium). Selain tahun 1204 hingga 1261 di mana bangunan ini menjadi katedral Katolik Roma, bangunan dengan luas hampir 6000 meter persegi ini merupakan katedral partriarkal terbesar di Ibu Kota Konstantinopel—sekarang Istanbul—selama ratusan tahun.

Alih fungsi Hagia Sophia pertama kali terjadi pada 1453, yakni ketika kepemimpinan Kekaisaran Romawi Timur jatuh ke tangan Ottoman (atau Kekhalifahan Utsmaniyah). Katedral megah ini berubah menjadi masjid Ottoman di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad al-Fatih hingga 1931.

Kala itu, lonceng-lonceng, altar, ikon dan lukisan keagamaan di tembok-tembok, tempat pembaptisan Gereja Hagia Sophia ditanggalkan serta relik-relik dihancurkan. Mozaik yang menggambarkan Yesus, Bunda Maria, orang-orang kudus Kristen, serta para malaikat juga dihancurkan atau diplester. Semua interior ini digantikan oleh ornamen-ornamen tempat ibadah agama Islam seperti mimbar, menara, mihrab, dan ceruk yang mengarahkan kiblat (arah salat).

Masjid Agung Hagia Sophia ditutup dari publik selama 4 tahun. Ketika dibuka kembali pada 1935, bangunan ini berubah fungsi menjadi museum. Hal ini didasari atas perubahan status kenegaraan Turki, yang menjadi negara sekuler (yakni negara yang tidak berporos pada agama apa pun untuk kepentingan kenegaraannya). Sejak itulah Hagia Sophia menjadi salah satu destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Selain kemegahan arsitektur dan sejarah di baliknya, sisa-sisa peninggalan rumah ibadah dua agama masih terlihat di bagian interior. Mozaik Yesus dan Bunda Maria serta kaligrafi asma Allah menghiasi langit-langit landmark ini. Tidak heran jika pada 1985, Sophia Hagia ditetapkan UNESCO sebagai salah satu cagar warisan dunia.

Fungsi Hagia Sophia kembali diubah—atau dikembalikan—menjadi masjid oleh Presiden Turki setelah pengadilan negara tersebut mencabut status Hagia Sophia sebagai sebuah museum. Erdogan bahkan langsung mengizinkan pelaksanaan Salat Jumat pada 24 Juli, yang sekaligus menandai Salat Jumat pertama di Hagia Sophia setelah 86 tahun.

Keputusan Erdogan ini tentu menuai kontroversi. UNESCO, Paus Fransiskus, dan sejumlah pengamat politik lain kecewa atas perubahan ini. Beberapa pihak bahkan berargumen jika ini adalah sebuah kemuduran. Meski begitu, ada juga sejumlah pihak yang tidak keberatan dan mendukung keputusan Erdogan. (AP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *